“Stress dengan Perilaku Suami”

Berawal dari kegalauan saya yang diserang masalah bertubi-tubi masalah dan bingung mau curhat ke siapa. Tidak sengaja saya menemukan web ini. Senang sekali deh…
Saya harap pembaca bisa membantu memberi solusi buat masalah saya yang super berat ini. Amin…
Panggil saja saya Lia, usia 23 tahun. Saya termasuk menikah di usia muda, kurang lebih 1 tahun yang lalu. Suami juga seusia dengan saya, cuma terpaut 4 bulan. Saat ini kami belum dikaruniai anak. Bisa dibilang saya memang sengaja untuk menunda punya anak. Kenapa? Disini akan saya ceritakan masalahnya ðŸ™‚
Sebut saja nama suami saya Tama. Dulu kami kuliah di kampus yang sama. Setelah berpacaran kurang lebih 3,5 tahun, akhirnya kami memutuskan untuk menikah. Alasan menikah karena saat itu kami menjalin hubungan jarak jauh karena masing-masing kami berprofesi sebagai PNS di provinsi yang berbeda. Kami harus resmi sebagai suami istri agar saya bisa mendapat ijin mutasi ikut suami.
Dari sejak pacaran saya sudah tahu watak Tama. Orangnya keras, tempramen, over protektif dan posesif. Tapi sisi baiknya, dia setia dan perhatian. Tama adalah pacar kedua saya. Karena saya punya trauma dengan pacar pertama yang mengkhianati saya dengan perempuan lain, Tama punya plus tersendiri di mata saya karena dia begitu setia. Tapi tidak jarang sifat pemarah Tama membuat saya ingin mengakhiri hubungan kami. Ketika sedang marah, Tama sering memukul tembok, banting barang, atau gebrak meja. Padahal marahnya cuma karena hal sepele, misalnya saya tidak bisa datang waktu band dia manggung di acara kampus. Sering saya menangis. Namun saya selalu bersabar, karena saya pikir sifat seperti itu suatu saat bisa saja berubah. Akhirnya selama kami pacaran, saya lebih banyak mengalah. Oh iya, selain itu, Tama juga sangat-sangat pencemburu. Pergaulan saya agak dibatasi kalau dengan laki-laki. Misalnya saya tidak boleh tersenyum atau menyapa duluan ketika bertemu teman laki-laki.
 
Singkat cerita, 6 bulan sebelum kami menikah, saat itu seluruh persiapan pernikahan telah rampung, saya bertemu dengan laki-laki yang usianya lebih muda 2 tahun dari saya. Sebut saja namanya Rico. Awalnya Rico cuma saya anggap sebagai sahabat dan partner curhat yang baik. Walaupun usianya di bawah saya, tapi Rico sungguh bijaksana. Tidak jarang saya cerita tentang perilaku-perilaku kasar Tama ke saya dan dia bisa memberi solusi yang baik.
Berawal dari rasa kagum dengan cara berfikir Rico yang lebih dewasa dari umurnya, sifatnya yang begitu santun, dan ketaatannya pada agama, lama-lama benih cinta muncul di hati saya. Tapi saya sadar diri dengan status saya yang sebentar lagi akan menikah, apalagi yang saya tahu Rico sudah punya pacar di kota lain. Saya tidak mau merusak hubungan orang. Akhirnya perasaan ini cukup saya pendam dalam hati. Hingga 2 minggu sebelum hari H pernikahan, saya sudah tak sanggup lagi menahan. Saya katakan yang sejujurnya pada Rico bahwa sudah lama saya menginginkannya. Ternyata saya begitu kaget dengan reaksi Rico. Dia juga selama ini punya perasaan yang sama dengan saya, namun dia begitu takut berkata jujur karena dia tidak mau merusak rencana pernikahan saya apalagi usianya 2 tahun di bawah saya membuat dia merasa minder untuk menyatakan cinta.
Dengan perasaan menyesal bercampur ragu, saya terpaksa terus melanjutkan pernikahan. Saat itu yang ada di fikiran saya hanya orangtua dan keluarga besar. Saya terlalu takut untuk membuat malu mereka, karena semua persiapan sudah selesai dan undangan sudah disebar. Rico begitu sedih melepas saya. Dia depresi, begitu juga dengan saya. Tapi apa mau dikata, bagi saya nama baik orangtua tetap yang utama. Saya terpaksa merahasiakan dari Tama, apa yang pernah terjadi antara saya dan Rico. Beberapa bulan setelah menikah, saya akhirnya mutasi ke kota suami.
 Tak disangka Tama akhirnya mengetahui tentang “keakraban” saya dengan Rico di masa-masa menjelang pernikahan kami dahulu. Tama marah besar. Dia meninju tembok berkali-kali. Saya berusaha menenangkan dan meminta maaf. Saya jelaskan bahwa itu hanyalah masa lalu yang tak perlu dibawa dan diungkit-ungkit lagi karena hanya akan menganggu pernikahan kami jika diungkit terus. Tapi nampaknya sejak itu Tama jadi dendam dengan saya. Dia juga semakin over posesif dan sangat curigaan. Tidak jarang saya dituduh selingkuh dengan berbagai alasan. Padahal semua tidak ada buktinya sama sekali.
  Sejak menikah juga perangai Tama menjadi semakin pemarah. Lebih parah dibanding masa-masa pacaran dulu. Tama juga sangat boros. Hobinya bermusik sering menjadi sumber keributan kami. Dia menghabiskan uang berpuluh-puluh juta hanya untuk membeli alat musik dan nonton konser musik. Sama sekali dia tidak menggubris nasehat saya agar ia mulai memikirkan untuk menabung, demi masa depan kami, dan kelak kalo punya anak. Sekarang saya hampir sudah tidak pernah dinafkahi lagi. Saya hidup dengan penghasilan saya sendiri. Saya bilang ke Tama, “jatah makan” saya lebih baik dia simpan untuk tabungan bersama. Bukannya merasa tertampar dengan perkataan saya, Tama malah seolah-olah senang karena tidak perlu membiayai hidup saya lagi. Berapa penghasilannya per bulan pun saya tidak tahu persis, karena Tama tidak transparan soal keuangan.
Satu lagi hal yang membuat saya sedih. Tama membeda-bedakan orangtua saya dan orangtuanya, keluarga saya dengan keluarganya. Misalnya jika dia membelikan makanan atau barang dan memberi uang ke sepupu atau keponakan-keponakannya. Jelas sekali dia membeda-bedakan.
Terus terang saat ini saya benar2 tertekan dengan sifat Tama. Saya sudah berusaha menasehatinya dengan cara pelan ataupun kasar, tapi semua tidak berhasil. Tama terlalu keras kepala dan egois. Saat ini berat badan saya sudah turun drastis, hampir 8 kilo. Memang Tama belum pernah menyakiti saya secara fisik, tapi sungguh psikis saya sangat tersiksa.
Apa saya harus menggugat cerai? Mengingat kami belum dikaruniai anak, karena saya pikir kalo sudah punya anak akan lebih banyak lagi pertimbangan.
Catatan : Jika sudah tidak yakin dengan pernikahan itu lebih baik mundur saja, apalagi kalau lelaki yang akan kita nikahi itu tempramental nya kuat , suka cemburu tak menentu  , itu akan menyiksa kita secara lahir dan bathin 

Semoga bermanfaat untuk semuanya ....

Pria Ini Tinggalkan Anak Istri dan Hidup Bersama Boneka Seks

http://www.sahabatpk.com/app/Default0.aspx?lang=id

Ada saja tingkah pria tua yang satu ini. Pria Jepang ini tinggal di sebuah apartemen di Tokyo, dengan sebuah boneka seks. Bahkan, ia mengatakan, boneka tersebut bukan hanya sekadar karet, tetapi pengisi hidupnya.
Senji Nakajima tinggal dengan sebuah boneka yang ia beri nama Saori di sebuah apartemen di Tokyo, Jepang. Hal yang cukup mengherankan, Nakajima juga telah menikah dan mempunyai dua orang anak. Sejak 6 tahun lalu, ia tinggal dengan Saori.
Awalnya, pria berusia 61 tahun ini mengaku sering membayangkan bahwa boneka tersebut adalah pacar pertamanya. Ia menggunakan boneka itu sebagai pelampiasan napsu seksualnya dan untuk menemani kesendiriannya, seperti dilansir The Sun.
Tapi beberapa bulan kemudian, Nakajima menganggap Saori memiliki kepribadian tersendiri. Pengusaha ini mengatakan, “Ia tidak pernah mengkhianati, bukan hanya soal uang. Saya lelah dengan manusia modern yang rasional. Mereka tidak berperasaan."
Ia juga menambahkan, baginya, boneka tersebut lebih dari sekadar boneka, bukan hanya sebuah karet silikon. “Ia butuh banyak bantuan, tetapi dia teman terbaik yang berbagi momen berharga kepada saya dan mewarnai hidup saya,” tambahnya.
Menurut  website maxim.com, industri boneka seks di Jepang memang tengah berkembang. Suatu perusahaan bernama Orient Indsutry melayani pembuatan boneka berukuran manusia dan pembeli bisa memesan sesuai keinginannya dengan US$10 ribu, atau Rp131 juta.
Kreasi yang aneh ini, bahkan tersedia dalam beberapa bahan yang setiap anggota tubuhnya bisa ditekuk dan juga bisa dibongkar pasang. Hal yang tidak kalah aneh, bahkan ada beberapa boneka yang bisa diperah.
http://www.sahabatpk.com/app/Default0.aspx?lang=id

Seorang Wanita Yang Menikah Bukan Karena Cinta Diawalnya

CINTA BUKANLAH MODAL UTAMA DALAM PERNIKAHAN, tapi CINTA bisa Ditumbuhkan Ketika Mengarungi Pernikahan


Namaku mariani orang-orang biasa memangilku aryani, ini adalah kisah perjalanan hidupku yang hingga hari ini masih belum lekang dalam benakku, sebuah kisah yang nyaris membuatku menyesal seumur hidup bila aku sendiri saat itu tidak berani mengambil sikap. Yah, sebuah perjalanan kisah yang sungguh aku sendiri takjub dibuatnya, sebab aku sendiri menyangka bahwa didunia ini mungkin tak ada lagi orang seperti dia.


Tahun 2007 silam, aku dipaksa orang tuaku menikah dengan seorang pria tak ku cintai , kak arfan namanya, kak arfan adalah seorang lelaki yang tinggal sekampung denganku, tapi dia seleting dengan kakakku saat sekolah dulu, usia kami terpaut 4 tahun, yang aku tahu, bahwa sejak kecilnya kak arfan adalah anak yang taat kepada orang tuanya, dan juga rajin ibadahnya, dan tabiatnya seperti itu terbawa-bawa sampai ia dewasa,
Aku merasa risih sendiri dengan kak arfan apabila berpapasan di jalan, sebab sopan santunya sepertinya terlalu berlebihan pada orang-orang, geli aku menyaksikannya, yah, kampungan banget gelagatnya…,
Setiap ada acara-acara ramai di kampungpun kak arfan tak pernah kelihatan bergabung sama teman-teman seusianya, yaah, pasti kalau dicek kerumahnya pun gak ada, orang tuanya pasti menjawab:
Kak arfan dimesjid nak, menghadiri taklim”,
Dan memang mudah sekali mencari kak arfan, sejak lulus dari pesantren al-khairat kota gorontalo, kak arfan sering menghabiskan waktunya membantu orang tuanya jualan, kadang terlihat bersama bapaknya dikebun atau disawah, meskipun kadang sebagian teman sebayanya menyayangkan potensi dan kelebihan-kelebihannya yang tidak tersalurkan.
Secara fisik memang kak arfan hampir tidak sepadan dengan ukuran ekonomi keluarganya yang pas-pasan, sebab kadang gadis-gadis kampung suka menggodanya kalau kak arfan dalam keadaan rapi menghadiri acara-acara di desa, tapi bagiku sendiri itu adalah hal yang biasa-biasa saja, sebab aku sendiri merasa bahwa sosok kak arfan adalah sosok yang tidak istimewa,
Apa istimewanya menghadiri taklim, kuper dan kampungan banget, kadang hatiku sendiri bertanya, koq bisa yah, ada orang yang sekolah dikota namun begitu kembali tak ada sedikitpun ciri-ciri kekotaan melekat pada dirinya, hp gak ada, selain bantu orang tua, pasti kerjanya ngaji, sholat, taklim dan kembali kekerja lagi, seolah ruang lingkup hidupnya hanya monoton pada itu-itu saja,
Ke bioskop kek, ngumpul bareng teman-teman kek setiap malam minggunya di pertigaan kampung yang ramainya luar biasa setiap malam minggu dan malam kamisnya, apalagi setiap malam kamis dan malam minggunya ada acara curhat kisah yang top banget disebuah station radio swasta di gorontalo, kalau tidak salah ingat nama acaranya suara hati dan nama penyiarnya juga satrio herlambang.
Waktu terus bergulir dan seperti gadis-gadis modern pada umumnya yang tidak lepas dengan kata pacaran, akupun demikian, aku sendiri memiliki kekasih yang begitu sangat aku cintai, namanya boby, masa-masa indah kulewati bersama boby, indah kurasakan dunia remajaku saat itu, kedua orang tua boby sangat menyayangi aku dan sepertinya memiliki sinyal-sinyal restunya atas hubungan kami,
Hingga musibah itu tiba, aku dilamar oleh seorang pria yang sudah sangat aku kenal yah siapa lagi kalau bukan sikuper kak arfan lewat pamanku orang tuanya kak arfan melamarku untuk anaknya yang kampungan itu,
Mendengar penuturan mama saat memberitahu padaku tentang lamaran itu, kurasakan dunia ini gelap, kepalaku pening…, aku berteriak sekencang-kencangnya menolak permintaan lamaran itu dengan tegas dan terbelit-belit aku sampaikan langsung pada kedua orang tuaku bahwa aku menolak lamaran keluarganya kak arfan, dan dengan terang-terangan pula aku sampaikan pula bahwa aku memiliki kekasih pujaan hatiku, boby. 
Mendengar semua itu ibuku shock dan jatuh tersungkur kelantai, akupun tak menduga kalau sikapku yang egois itu akan membuat mama shock, baru kutahu bahwa yang menyebabkan mama shok itu karena beliau sudah menerima secara resmi lamaran dari orang tuanya kak arfan, hatiku sedih saat itu, kurasakan dunia begitu kelabu, aku seperti menelan buah simalakama, seperti orang yang paranoid, tidak tahu harus ikut kata orang tua atau lari bersama kekasih hatiku boby.
Hatiku sedih saat itu..
Dengan Berat hati dan penuh kesedihan aku menerima lamaran kak arfan untuk menjadi istrinya dan kujadikan malam terakhir perjumpaanku dengan boby di rumahku meluapkan kesedihanku, meskipun kami saling mencintai tapi mau tidak mau boby harus merelakan aku menikah dengan kak arfan karena dia sendiri mengakui bahwa dia belum siap membina rumah tangga saat itu.
Tanggal 11 agustus 2007 akhirnya pernikahan ku pun digelar, aku merasa bahwa pernikahan itu begitu menyesakkan dadaku, air mataku tumpah di malam resepsi pernikahan itu, ditengah senyuman orang-orang yang hadir pada acara itu, mungkin akulah yang paling tersiksa, karena harus melepaskan masa remajaku dan menikah dengan lelaki yang tidak pernah kucintai.
Dan yang paling membuatku tak bisa menahan air mataku, mantan kekasihku boby hadir juga pada resepsi pernikahan tersebut, ya Allah mengapa semua ini harus terjadi padaku ya Allah…mengapa aku yang harus jadi korban dari semua ini?
Waktu terus berputar dan malampun semakin merayap, hingga usailah acara resepsi pernikahan kami, satu persatu para undangan pamit pulang hingga sepilah rumah kami, saat masuk kedalam kamar, aku tidak mendapati suamiku kak arfan didalamnya,
Dan sebagai seorang istri yang hanya terpaksa menikah dengannya maka akupun membiarkannya dan langsung membaringkan tubuhku setelah sebelumnya menghapus make-up pengantinku dan melepaskan gaun pengantinku, aku bahkan tak perduli kemana suamiku saat itu, karena rasa capek dan diserang kantuk akupun akhirnya tertidur.
Tiba-tiba disepertiga malam aku tersentak tak kala melihat ada sosok hitam yang berdiri disamping ranjang tidurku, dadaku berdegup kencang, aku hampir saja berteriak histeris andai saja saat itu tak kudengar seruan takbir terucap lirih dari sosok yang berdiri itu, perlahan kuperhatikan dengan seksama, ternyata sosok yang berdiri disampingku itu adalah kak arfan suamiku yang sedang sholat tahajud, perlahan aku baringkan tubuhku sambil membalikkan diriku membelakanginya yang saat itu sedang sholat tahajud. 
Ya Allah aku lupa bahwa sekarang aku telah menjadi istrinya kak arfan, tapi meskipun demikian aku masih tak bisa menerima kehadirannya dalam hidupku, saat itu karena masih dibawah perasan ngantuk, akupun kembali teridur, hingga pukul 04.00 dini hari kudapati suamiku sedang tidur beralaskan sajadah dibawah ranjang pengantin kami,
Dadaku kembali berdegung kencang kala mendapatinya, aku masih belum percaya kalau aku telah bersuami, tapi ada sebuah tanya terbetik dalam benakku, mengapa dia tidak tidur diranjang bersamaku, kalaupun dia belum ingin menyentuhku, paling gak dia tidur seranjang denganku itukan logikanya, ada apa ini ? Ujarku perlahan dalam hati.
Aku sendiri merasa bahwa mungkin malam itu kak arfan kecapekan sama sepertiku sehingga dia tidak mendatangiku dan menunaikan kewajibannya sebagai seorang suami, tapi apa peduliku dengan itu semua, toh akupun tidak menginginkannya, gumamku dalam hati.
Hari-hari terus berlalu, dan kami pun mejalani aktifitas kami masing-masing, kak arfan bekerja mencari rezeki dengan pekerjaannya, dan aku dirumah berusaha semaksimal mungkin untuk memahami bahwa aku telah bersuami, dan memiliki kewajiban melayani suamiku, yah minimal menyediakan makanannya, meskipun kenangan-kenangan bersama boby belum hilang dari benakku, aku bahkan masih merinduinya.

Semula kupikir bahwa prilaku kak arfan yang tidak pernah menyentuhku dan menunaikan kewajibannya sebagai suami itu hanya terjadi malam pernikahan kami, tapi ternyata yang terjadi hampir setiap malam sejak malam pengantin itu kak arfan selalu tidur beralaskan permadani dibawah ranjang atau tidur diatas sofa didalam kamar kami, dia tidak pernah menyentuhku walau hanya menjabat tanganku,

Jujur segala kebutuhanku selalu dipenuhinya, secara lahir dia selalu menafkahiku, bahkan nafkah lahir yang dia berikan lebih dari apa yang aku butuhan, tapi soal biologis, kak arfan tak pernah sama sekali mengungkit-ngungkitnya atau menuntutnya dariku, bahkan yang tidak pernah kupahami, pernah secara tidak sengaja kami bertabrakan didepan pintu kamar dan kak arfan meminta maaf seolah merasa bersalah karena telah menyentuhku. 
Ada apa dengan kak arfan ?
Apa dia lelaki normal ?
Kenapa dia begitu dingin padaku ?
Apakah aku kurang dimatanya ?
Atau ? Pendengar, jujur merasai semua itu membuat banyak tanya berkecamuk dalam benakku, ada apa dengan suamiku ?
Bukankah dia pria yang beragama dan tahu bahwa menafkahi istri itu secara lahir dan bathin adalah kewajibannya…?
Ada apa dengannya, padahal setiap hari dia mengisi acara-acara keagamaan dimesjid, begitu santun pada orang-orang dan begitu patuh kepada kedua orangtuanya, bahkan terhadap akupun hampir semua kewajibannya telah dia tunaikan dengan hikmah, tidak pernah sekalipun dia mengasari aku, berkata-kata keras padaku, bahkan kak arfan terlalu lembut bagiku, tapi satu yang belum dia tunaikan yaitu nafkah bathinku,
Aku sendiri saat mendapat perlakuan darinya setiap hari yang begitu lembutnya mulai menumbuhkan rasa cintaku padanya dan membuatku perlahan-lahan melupakan masa laluku bersama boby.
Aku bahkan mulai merindukannya tak kala dia sedang tidak dirumah, aku bahkan selalu berusaha menyenangkan hatinya dengan melakukan apa-apa yang dia anjurkannya lewat ceramah-ceramahnya pada wanita-wanita muslimah, yakni mulai memakai busana muslimah yang syar’i. 
Memang 2 hari setelah pernikahan kami, kak arfan memberiku hadiah yang diisi dalam karton besar, semula aku mengira bahwa hadiah itu adalah alat-alat rumah tangga, tapi setelah kubuka, ternyata isinya 5 potong jubah panjang berwarna gelap, 5 buah jilbab panjang sampai selutut juga berwana gelap, 5 buah kaos kaki tebal panjang berwarnah hitam dan 5 pasang manset berwarna gelap pula, jujur saat membukanya aku sedikit tersinggung, sebab yang ada dalam bayanganku bahwa inilah konsekwensi menikah dengan seorang ustadz,
Aku mengira bahwa dia akan memaksa aku untuk menggunakannya, ternyata dugaanku salah sama sekali, sebab hadiah itu tidak pernah disentuhnya atau ditanyainya, dan kini aku mulai menggunakannya tanpa paksaan siapapun, kukenakan busana itu agar dia tahu bahwa aku mulai menganggapnya istimewa, bahkan kebiasaannya sebelum tidur dalam mengajipun sudah mulai aku ikuti,
Kadang ceramah-ceramahnya dimesjid sering aku ikuti dan aku praktekan dirumah, tapi satu yang belum bisa aku mengerti darinya, entah mengapa hingga 6 bulan pernikahan kami dia tidak pernah menyentuhku, setiap masuk kamar pasti sebelum tidur dia selalu mengawali dengan mengaji lalu tidur diatas hamparan permadani dibawah ranjang hingga terjaga lagi di sepertiga malam dan melaksanakan sholat tahajud,
Hingga suatu saat kak arfan jatuh sakit, tubuhnya demam dan panasnya sangat tinggi, aku sendiri bingung bagaimana cara menanganinya, sebab kak arfan sendiri tidak pernah menyentuhku, aku khawatir dia akan menolak aku bila aku menawarkan jasa membantunya,
ya Allah..Apa Yang harus aku lakukan saat ini, aku ingin sekali meringankan sakitnya, tapi apa yang harus saya lakukan ya Allah..
Malam itu aku tidur dalam kegelisahan, aku tak bisa tidur mendengar hembusan nafasnya yang seolah sesak, kudengar kak arfan pun sering mengigau kecil, mungkin karena suhu panasnya yang tinggi sehingga ia selalu mengigau, sementara malam begitu dingin disertai hujan yang sangat deras dan angin yang bertiup kencang..
Kasihan kak arfan, pasti dia sangat kedinginan saat ini, perlahan aku bangun dari pembaringan dan menatapnya yang sedang tertidur pulas, kupasangkan selimutnya yang sudah menjulur kekakinya, ingin sekali aku merebahkan diriku disampingnya atau sekedar mengompresnya, tapi aku tak tahu bagaimana harus memulainya,
Hingga akhirnya aku tak kuasa menahan keinginan hatiku untuk mendekatkan tanganku di dahinya untuk meraba suhu panas tubuhnya, tapi baru beberapa detik tanganku menyentuh kulit dahinya, kak arfan terbangun dan langsung duduk agak menjauh dariku sambil berujar
Afwan dek, kau belum tidur ?
Kenapa ada dibawah ?
Nanti kau kedinginan ?
Ayo naik lagi keranjangmu dan tidur lagi, nanti besok kau capek dan jatuh sakit?” Pinta kak arfan padaku,
Hatiku miris saat mendengar semua itu, dadaku sesak, mengapa kak arfan selalu dingin padaku , apakah dia menganggap aku orang lain, apa di hatinya tak ada cinta sama sekali untuk aku, tanpa kusadari air mataku menetes sambil menahan isak yang ingin sekali kuluapkan dengan teriakan, hingga akhirnya gemuruh dihatiku tak bisa kubendung juga 
Afwan kak, kenapa sikapmu selama ini padaku begitu dingin ?
Kau bahkan tak pernah mau menyentuhku walaupun hanya sekedar menjabat tanganku ?
Bukankah aku ini istrimu ?
Bukankah aku telah halal buatmu ?
Lalu mengapa kau jadikan aku sebagai patung perhiasan kamarmu ?
Apa artinya diriku bagimu kak ?
Apa artinya aku bagimu kak ?
Kalau kau tidak mencintaiku lantas mengapa kau menikahi aku ?
Mengapa kak ? Mengapa ?” Ujarku disela isak tangis yang tak bisa kutahan.
Tak ada reaksi apapun dari kak arfan menanggapi galaunya hatiku dalam tangis yang tersedu itu, yang nampak adalah dia memperbaiki posisi duduknya dan melirik jam yang menempel didinding kamar kami, hingga akhirnya dia mendekatiku dan perlahan berujar padaku 
Dek…jangan kau pernah bertanya pada kakak tentang perasaan ini padamu, karena sesungguhnya kakak begitu sangat mencintaimu, tetapi tanyakanlah semua itu pada dirimu sendiri, apa saat ini telah ada cinta dihatimu untuk kakak?,
Kakak tahu, dan kakak yakin pasti suatu saat kau akan bertanya mengapa sikap kakak selama ini begitu dingin padamu,
Sebelumnya kakak minta maaf bila semuanya baru kakak kabarkan padamu malam ini, kau mau tanyakan apa maksud kakak sebenarnya dengan semua ini..?. Ujar kak arfan dengan agak sedikit gugup, 
Iya tolong jelaskan pada saya kak, mengapa kak begitu tega melakukan ini pada saya ?
Tolong jelaskan kak ?” Ujarku menimpali tuturnya kak arfan
Hhhhhmmm, dek kau tahu apa itu pelacur ?
Dan apa pekerjaan seorang pelacur ?
Afwan dek dalam pemahaman kakak, seorang pelacur itu adalah seorang wanita penghibur yang kerjanya melayani para lelaki hidung belang untuk mendapatkan materi tanpa peduli apakah dihatinya ada cinta untuk lelaki itu atau tidak, bahkan seorang pelacur terkadang harus meneteskan air mata mana kala dia harus melayani nafsu lelaki yang tidak dicintainya bahkan dia sendiri tidak merasakan kesenangan dari apa yang sedang terjadi saat itu, dan kakak tidak ingin hal itu terjadi padamu dek,
Kau istriku dek, betapa bejatnya kakak ketika kakak harus memaksamu melayani kakak dengan paksa saat malam pertama pernikahan kita sedangkan dihatimu tak ada cinta sama sekali buat kakak, alangkah berdosanya kakak bila pada saat melampiaskan birahi kakak padamu malam itu sementara yang ada dalam benakmu bukanlah kakak, tetapi ada lelaki lain. 
Kau tahu dek, sehari sebelum pernikahan kita digelar, kakak sempat datang kerumahmu untuk memenuhi undangan bapakmu, tapi begitu kakak berada didepan pintu pagar rumahmu, kaka melihat dengan mata kepala kakak sendiri kesedihanmu yang kau lampiaskan pada kekasihmu boby, kau ungkapkan pada boby bahwa kau tidak mencintai kakak, dan kau ungkapkan pada boby bahwa kau hanya akan mencintainya selamanya, saat itu kakak merasa bahwa kakak telah merampas kebahagiaanmu dan kakak yakin bahwa kau menerima pinangan kakak itu karena terpaksa,
Kakak juga mempelajari sikapmu saat di pelaminan, bahwa begitu sedihnya hatimu saat bersanding di pelaminan bersama kakak, lantas haruskah kakak egois dengan mengabaikan apa yang kau rasakan saat itu, sementara tanpa memperdulikan perasaanmu kakak menunaikan kewajiban kakak sebagai suamimu dimalam pertama semenatara kau sendiri akan mematung dengan deraian air mata karena terpaksa melayani kakak?,
Kau istriku dek, sekali lagi kau istriku, kau tahu..
Kakak Begitu sangat mencintaimu dan kakak akan menunaikan semua itu manakala di hatimu telah ada cinta untuk kakak, agar kau tidak merasa diperkosa hak-hakmu, agar kau bisa menikmati apa yang kita lakukan bersama,
Dan alhamdulillah apabila hari ini kau telah mencintai kakak, dan kakak juga merasa bersyukur bila kau telah melupakan mantan kekasihmu itu, beberapa hari ini kakak perhatikan kau juga telah menggunakan busana muslimah yang syari,
Pinta kakak padamu dek,
luruskan niatmu, kalau kemarin kau mengenakan busana itu untuk menyenangkan hati kakak semata maka sekarang luruskan niatmu, niatkan semua itu untuk Allah ta’alaa selanjutnya untuk kakak..,
Mendengar semua itu aku memeluk suamiku, aku merasa bahwah dia adalah lelaki terbaik yang pernah kujumpai selama hidupku, aku bahkan telah melupakan boby, aku merasa bahwa malam itu aku adalah wanita yang paling bahagia didunia, sebab meskipun dalam keadaan sakit, untuk pertama kalinya kak arfan mendatangiku sebagai seorang suami,
Hari-hari kami lalui dengan bahagia, kak arfan begitu sangat kharismatik, terkadang dia seperti seorang kakak buatku, terkadang seperti orang tua, darinya aku banyak belajar banyak hal, perlahan aku mulai meluruskan niatku, dengan menggunakan busana yang syari semata-mata karena Allah dan untuk menyenangkan hati suamiku,
Sebulan setelah malam itu, dalam rahimku telah tumbuh benih-benih cinta kami berdua, alhamdulillah, aku sangat bahagia bersuamikan dia, darinya aku belajar banyak tentang agama, aku menjadi mutarobbinya, hari demi hari kami lalui dengan kebahagiaan, ternyata dia mencintaiku lebih dari apa yang aku bayangkan dan dulu aku hampir saja melakukan tindakan bodoh dengan menolak pinangan dia.
Aku pikir kebahagiaan itu akan berlangsung lama diantara kami, setelah lahir abdurrahman, hasil cinta kami berdua, diakhir tahun 2008 kak arfan mengalami kecelakaan dan usianya tidak panjang,
sebab kak arfan meninggal dunia sehari setelah kecelakaan tersebut, aku sangat kehilangannya, aku seperti kehilangan penopang hidupku, aku kehilangan kekasihku, aku kehilangan murobbiku, aku kehilangan suamiku
Tidak pernah terbayangkan olehku bahwa kebahagiaan bersamanya begitu singkat, yang tidak pernah aku lupakan diakhir kehidupannya kak arfan, dia masih sempat menasehatkan sesuatu padaku
Dek.., Pertemuan dan perpisahan itu adalah fitrahnya kehidupan, kalau ternyata kita berpisah besok atau lusa, kakak minta padamu dek..,
Jaga abdurrahman dengan baik, jadikan dia sebagai mujahid yang senantiasa membela agama, senantiasa menjadi yang terbaik untuk ummat, didik dia dengan baik dek, jangan sia-siakan dia,
Satu permintaan kakak ..,
Kalau suatu saat ada seorang pria yang datang melamarmu, maka pilihlah pria yang tidak hanya mencintaimu, tetapi juga mau menerima kehadiran anak kita,
Dan maafkan kakak dek, bila selama bersamamu, ada yang kurang yang telah kakak perbuat untukmu,
Senantiasalah berdoa..,
Kalau kita berpisah didunia ini..
Insya Allah kita akan berjumpa kembali diakhirat kelak..,
Kalau Allah mentakdirkan kakak yang pergi lebih dahulu meninggalkan dirimu, Insya Allah kakak akan senantiasa menantimu..”
Demikianlah pesan terakhir kak arfan sebelum keesokan harinya kak arfan meninggalkan dunia ini, hatiku sangat sedih saat itu…,
aku merasa sangat kehilangan tetapi aku berusaha mewujudkan harapan terakhirnya, mendidik dan menjaga abdurrahman dengan baik…
Selamat jalan kak arfan..Aku Akan selalu mengenangmu dalam setiap doa-doaku, amiin
Wasalam 

Baca juga ramalan zodiak dan shio mingguan : 
 Zodiak
http://zodiakmingguan152.blogspot.com/2016/06/blog-post_93.html 

Shio
 http://shiomingguan152.blogspot.com/2016/06/ramalan-shio-26-juni-02-juli-2016.html

http://www.sahabatpk.com/app/Default0.aspx?lang=id