Anak 90an: Hai Anak Sekolah Jaman Sekarang, Kami Punya Cerita Untukmu


 Sahabatpk.comHai kalian! anak sekolah jaman sekarang, yang begitu lemah lembut, yang manis-manis manjah kayak syahrini, yang dikerasin dikit pada cengeng, ada sedikit cerita untukmu dari kami anak 90an. (terlepas dari peran orang tua)

Kalian di sekolah pernah melanggar aturan ngga? Misalnya ngobrol sama teman sebangku? Ngga ngerjain tugas yang diberikan guru/ PR? Terlambat masuk kelas? Kuku jari panjang? Atribut seragam ngga lengkap? Abai dengan larangan guru?

Pasti pernah dong, ya kan? Terus, dikasih hukuman apa sama gurunya? Yaelah, baru dicubit doang.

Sahabatpk.com - Tapi dicubit sampai berbekas di kulit loh, udah seminggu bekasnya ngga hilang.
Mungkin kami anak 90an akan nyengir mendengar penjelasan itu. Jelas saja, dicubit itu hukuman yang termasuk ringan bagi kami.

Dipukul pakai penggaris kayu yang panjangnya satu meter, terkadang penggaris itu sampai patah. Ujung kuku dipukul pakai penghapus papan tulis karena kuku panjang. Bahkan, yang paling parah sampai ditampar guru karena melakukan pelanggaran berat berulang kali. Bekasnya? Jangan ditanya lagi deh, ngga ada apa-apanya sama cubitan guru jaman sekarang. Tapi, Karena hukuman itu kami mikir dua kali untuk melakukan pelanggaran lagi. Ada pelanggaran ada hukuman dan itu mengajarkan kami disiplin juga tanggung jawab.

Sahabatpk.com - Untung saja kami ngga sekolah di jaman kalian sekarang ini, jika saja itu terjadi bisa-bisa ratusan atau bahkan ribuan guru sudah kami penjarakan karena ulah kami sendiri. Mungkin kasus terbanyak di pengadilan adalah pelanggaran guru terhadap murid. Atau yang lebih parah, profesi guru adalah pekerjaan 'kriminal'. Ya kriminal, toh kasus yang paling banyak.

Lain dulu lain sekarang, jaman udah semakin berkembang, jangan disamain dong!
Iya juga sih, pantes aja kalian pada alay, lebay, manja, suka semena-mena sama guru, ngga menghargai guru atau orang tua, melawan guru, masih kecil-kecil udah pada ngerokok, pacaran, lama-lama guru udah ngga peduli lagi sama tingkah muridnya, akhirnya kebanyakan dari kalian jadi bibit pelaku kriminal.

Sahabatpk.com - Guru sebagai pendidik harusnya menasehati dengan cara yang lebih bijaksana!
Guru juga ngga bakal nyubit kalau kamu masih bisa dinasehatin. Yang jadi masalah, pelanggaran yang kamu lakukan selalu kamu ulangi. Guru juga perlu memberi shock therapy agar kamu tau batasannya.

Masa udah bayar uang sekolah mahal-mahal tapi anak malah dicubitin? Ya kalau ngga bisa mendidik dengan sabar jangan jadi guru! Apapun ceritanya kekerasan tidak dibenarkan apalagi dalam pendidikan! Guru kan hanya wajib mendidik bukan menganiaya! Seandainya pun si murid salah kan guru harusnya menasehatinya!

Sahabatpk.com - Untuk orang tua yang tidak setuju dengan tulisan ini, kebanyakan punya argumen seperti paragraf di atas. Lihatlah generasi jaman sekarang! Banyak orang tua yang terlalu memanjakan anaknya sampai tidak sadar kalau mereka sedang menjerumuskan generasi ini ke hal yang cengeng. Mungkin anda pernah melihat di berita, koran atau media sosial foto anak-anak kecil merokok, pacaran, dll. Mungkin saja anak anda salah satunya tapi anda tidak tahu.

Orang tua mana yang tidak sayang pada anaknya, orang tua mana yang rela anaknya dipukul atau disakiti orang lain, tentu tidak ada. Tapi harusnya juga ada toleransi jika anak anda yang bandel itu sudah tidak bisa lagi dinasehati, tidak bisa lagi dididik dengan cara yang anda maksud, tidak bisa lagi 'mendengar dengan baik'.
Sahabatpk.com - Jika guru hanya menasehati anak anda yang bandel itu atau mendidik dengan cara-cara bijaksana yang anda maksud maka dia akan tetap mengulangi perbuatannya. 'Ah, paling cuma dinasehati' pikirnya dengan santai. Dan jika ia masih mengulangi perbuatannya guru juga sudah tidak peduli lagi, kan sudah dinasehati. Dan akhirnya, anda hanya sibuk mencari-cari sekolah yang mampu mendidik anak anda yang bandel itu dengan nasehat-nasehat.

Namun pada akhirnya semua kembali kepada orang tua masing-masing, seperti apa pola pengasuhan (parenting) yang anda terapkan atau ingin seperti apa karakter anak anda. Berlaku bijaklah, jangan lupa instropeksi juga :)


0 comments:

Post a Comment